Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum melaksanakan
pengajaran remedial, guru terlebih dahulu perlu menegakkan diagnosis kesulitan
belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif
strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. Diganosis kesulitan
belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai
prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang
tersusun secara sistematis. Agar pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat
menghasilkan sesuai dengan keinginan, maka taat pada prosedur itu merupakan
suatu keharusan.
Beberapa langkah
pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
Beberapa
langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan sebagai berikut:
a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu
kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya
umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu.
b.Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara
lain dengan:
- Meneliti
nilai ujian
- Menganalisis
hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
- Observasi
pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
- Memeriksa
buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
- Melaksanakan
sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para
siswa.
Kesulitan belajar itu
dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar
observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada
observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut:
(a) Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan
pekerjaan (tugasnya);
(b) ketekunan atau persistensi dalam mengikuti
pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin);
(c) partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan
masalah atau mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi);
(d) kemampuan kerjasama dan penyelesaian sosialnya
(disenangi atau menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan
sebagainya.
a. Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif
Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang
studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang
secara efektif digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah soal atau
mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes kelas lazimnya waktu dialokasikan
untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu(40-50 menit). Dalam konteks
tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu.
Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa siswa yang selalu
lebih cepat, selalu terlambat dan siswa yang tepat waktu. Dengan membandingkan
durasi dan frekuensi siswa itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui
atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar.
b.Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan
Ketidak hadiran (Absensi)
Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga
untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat
rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita dengan mudah
menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi
ketidakhadiran ini dengan prestasinya.
c. Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)
Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan
keterampilan-keterampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi sosialnya
dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini merupakan catatan
partisifasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui siswa mana
yang aktif di kelas, dan mana yag pasif.
d. Penggunaan Catatan dan Bagan Sosio metri
Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan
kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam kerjasama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling percaya,
saling menyenangi di antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana
siswa yang memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana
siswa yan disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini
maka kita dapat menjadikan siswa yang terisolasi ini sebagai siswa yang patut
dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
2. Melokalisasikan Letaknya Kesulitan (Permasalahan)
Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa
yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu
kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan
itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada
kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah
kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan
itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan
cara sebagai berikut:
a.
Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan
dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua
bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi
semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.
b. Mendeteksi
pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran
dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa
terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada
bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
c. Analisis
terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah
analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses
belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai catatan umum, kedua langkah pokok 2.a. dan
2.b. di atas itu dalam pelaksaannya dapat ditempuh dengan beberapa strategi
pendekatan, antara lain
1.
Dalam konteks sistem instuksional
yang konvensional, Pelaksanaan pengumpulan
informasi dalam rangka mengidentifiksi kasus dan permasalahan ini dapat
di tempuh dua cara:
-
Diintegrasikan dengan kegiatan instruksional, khususnya dalam
pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan design
pre-post-test yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan tujuan-tujuandan
fungsi-fungsi diagnsotik;
-
Dilakukan secara khusus
2. Dalam
konteks sistem instruksional yang inovatif, sebenarnya pekerjaan diagnostik ini
sudah merupakan hal yang inheren dengan sistem dan program instruksionalnya
sendiri, misalnya :
a. Dalam sistem pengajaran berprograma (programmed
instruction), khususnya yang menggunakan mesin belajar mengajar (teaching
machine) atau sistem pengajaran berbantuan komputer ( CIA, computer assisted
intruction, pada hakekatnya sepanjang proses belajar merupakan suatu rangkaian
diagnotik remedial, dimana kalau siswa salah memilih satu alternatif jawaban
(tombol mesin) maka secara otomatis akan memperoleh response (pemberitahuan)
salah benarnya performance belajar siswa; kalau jawaban itu benar dapat
lanjutkan dengan program berikutnya, tetapi kalau jawabannya salah atau keliru
ia harus segera memperbaikinya;
b. Begitu
pula dalam sistem pengajaran modul (modular intruksional syistem) dimana unit
demi unit atau modul demi modul hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya
setelah mendapat umpan balik (feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu
telah tuntas (mastery) barulah dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau
ternyata terdapat beberapa kesalahan atau program remedial sebagai koreksi
terhadap program aslinya sebelum diperkenalkan melanjutkannya, atau alternatif
lain diberikan program pengayaan (enrichment program).
3. Lokalisasi
jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul
dari dua hal yaitu:
a. Faktor
internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal
ini antara lain disebabkan oleh :
- Kelemahan
mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu
yan dapat diketahui melalui test tertentu.
- Kelemahan
fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
- Gangguan,
yang bersifat emosional
- Sikap dan
kebiasaan yang salah dalam mempelajari
bahan pelajaran bahan pelajaran
tertentu.
- Belum
memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b. Faktor
eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya
hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
-
Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk
aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif
learning”)
-
Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
-
Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
-
Beban belajar yang terlampau berat.
-
Metode mengajar yang kurang memadai.
-
Sering pindah sekolah.
- Kurangnya alat dan sumber untuk
kegiatan belajar mengajar.
-
Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat
dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun
yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu
antara lain:
- Test
kecerdasan
- Test
bakat khusus
- Skala
sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
- Inventory
-
Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.
-
Mengadakan observasi yang
intensif baik dalam maupun di luar kelas
-
Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau
teman-teman bila dipandang perlu.
4.
Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang
dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang
menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut:
a. Apakah
siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.
b. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa
tertentu.
c. Kapan
dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d. Siapa
yang dapat memberikan pertolongan.
e.
Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Siapa
sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5.
Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alternatif-alternatif rencana yang akan
dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan
belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a.
Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
siswa tersebut.
b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan
sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan
dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan kelak
diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti
penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. Secara
khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu
persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata
pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1. Jadwal
kegiatan pemberian bantuan.
2. Cara
bantuan diberikan.
3.
Tempat.
4.
Petugas yang akan memberikan bantuan.
5. Tindak
lanjut bantuan.
6. Tindak
Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan
bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
a.
melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata
pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan
oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar
siswa yang penuh motivasi.
b. membagi
tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada
siswa.
c.
Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik
pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek
bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan
revisi dan improvisasi.
d.
Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan
tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi,
psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang
diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
Komentar
Posting Komentar